Memompa semangat dalam menghadapi hidup

Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi lebih luas untuk kehidupan semua orang. Berjalin, bersyirik (bersekutu) dengan yang lain adalah kunci dalam menghadapi seluruh persoalan hidup. Tanpa itu, pasti sendiri dan tentu berat

Memompa semangat dalam menghadapi hidup

Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi lebih luas untuk kehidupan semua orang. Berjalin, bersyirik (bersekutu) dengan yang lain adalah kunci dalam menghadapi seluruh persoalan hidup. Tanpa itu, pasti sendiri dan tentu berat

Memompa semangat dalam menghadapi hidup

Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi lebih luas untuk kehidupan semua orang. Berjalin, bersyirik (bersekutu) dengan yang lain adalah kunci dalam menghadapi seluruh persoalan hidup. Tanpa itu, pasti sendiri dan tentu berat

Memompa semangat dalam menghadapi hidup

Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi lebih luas untuk kehidupan semua orang. Berjalin, bersyirik (bersekutu) dengan yang lain adalah kunci dalam menghadapi seluruh persoalan hidup. Tanpa itu, pasti sendiri dan tentu berat

Memompa semangat dalam menghadapi hidup

Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi lebih luas untuk kehidupan semua orang. Berjalin, bersyirik (bersekutu) dengan yang lain adalah kunci dalam menghadapi seluruh persoalan hidup. Tanpa itu, pasti sendiri dan tentu berat

Rabu, 02 September 2020

Mie Jawa Legenda Pak Atim Jombang

Bicara tentang kuliner Jombang, maka sangat teledor, dan bisa saja "berdosa" menurut hukum culinary, jika kita meninggalkan nama-nama besar peletak tonggak makanan dengan masakan khas orang Jombang. Jenis menu masakan mungkin sama dengan wilayah lain, tapi  ada rasa khas-nya, yang akan terekam dalam memori rasa bagi penggemarnya.

Apabila kita bicara sate kambing, jangan sekali-kali meninggalkan nama besar Pak Slamet. Jika bahas Rawon, singkirkan semua nama selain rawon Kamdina. Sedangkan untuk mie dan nasi goreng Jawa, tidak ada nama lain yang bisa diungkapkan selain nama besar Pak Atim. Untuk soto ayam, tentu nama Pak Loso yang akan bertengger di papan menu.

Nah... beberapa hari ini, saya betul-betul kangen dengan bau dan rasa mie Jawa Pak Atim. Nama legendaris yang menghiasai atmosfer kuliner mie dan nasi goreng khas Jombang, sejak masa penjajahan sampai akhir tahun 90-an. Jauh sebelum mie gerobak, yang rata-rata berbau Chinese food merajalela merambah kemana-mana bahkan sampai ke sendi-sendi perkampungan terkecil.

Bagi generasi yang tumbuh kembang paling akhir tahun 80-an, jika mau menikmati mie, maka alamat warung yang harus dituju adalah warung Mie dan Nasi Goreng Pak Atim, yang berada di kawasan "koplak-an" Pasar Legi Jombang. Saat ini berada di sekitar pasar kembang, yang berada di bagian barat Pasar Legi. Setelah Pasar Legi kebakaran pada tahun 1997, Pak Atim pindah ke jalan Merdeka Jombang, sekarang  jalan Abdurrahman Wahid. Beliau meninggal pada tahun 2001.

Ndak tahu, 3-4 hari yang lalu, aroma mie Jawa Pak Atim semerbak memantik saraf perasa saya. Ndak tahu juga, darimana aroma itu berasal. Ini memang agak semacam klenik yang bisa saja terjadi dalam dunia culinary. Setelah merenung setengah semedi hampir 2 hari, akhirnya signal lokasi yang pernah terdeteksi masuk dalam pantauan ingatan berbunyi bahwa, pewaris tunggal mie Jawa Pak Atim saat ini masih berjualan. Ya... Pak Gun. Tapi semoga dia masih berjualan. Dia adalah pewaris yang menjadi anak ideologis masakan khas Pak Atim. Karena anak biologis Pak Atim sampai saat ini tidak ada yang mewarisi.

Masih terekam jelas dalam ingatan, Pak Gun ini, kala itu adalah pemuda yang memiliki job description mengipasi bara arang yang ada di bawa wajan Pak Atim, sekaligus membungkus mie pesanan yang dibawa pulang. Pak Atim sampai akhir hayatnya termasuk penganut paham anti api minyak tanah, apalagi api elpiji. Beliau selalu menggunakan arang untuk memasak mie dan nasi goreng. Sehingga masakannya betul-betul beraroma khas.

Setelah menuju lokasi berjualan Pak Gun, dimana sekitar 5 tahun yang lalu saya mengunjungi warungnya, hampir saja saya kecewa. Karena di lokasi tidak saya temukan. Tapi alhamdulillah, setelah tanya penjaga toko yang ada di sekitar lokasi, akhirnya ditunjukkan warung emper Pak Gun. 

Pak Gun sebagai pewaris tunggal Pak Atim, saat ini berjualan di depan sebuah toko barat jalan, seberang barat Stadion Merdeka Jombang. Sekitar 50 meter dari lampu merah Stadion Merdeka. Bersama istri dan anak-anak saya mendatangi lokasi warungnya. Sebagai eks-asisten Pak Atim yang setia, rupanya Pak Gun dari sisi entertain kurang begitu menguasai. Sehingga warungnya terlihat kurang begitu menarik. Bisa dibilang sangat tidak layak untuk sebuah warung yang menyajikan masakan yang diwarisi dari seorang legenda.

Bahkan mungkin bagi gen-Z (generasi millenial), warung ini tidak akan pernah berada dalam list tempat jujugan, dibanding dengan kafe atau warung-warung yang ditata secara artistik, walau dengan sajian masakan yang rata-rata sangat amburadul dalam hal rasa.

Sampai saat ini, Pak Gun masih setia menggunakan api dari arang dalam memasak. Meskipun, dia tidak lagi menggunakan asisten untuk mengipasi arang. Saat ini, dia menggunakan kipas angin kecil untuk terus membarakan api arang. Saat masakan mulai mengepulkan asap, aroma mulai menyebar. Rasanya badan ini masih duduk di kursi kayu depan Pak Atim yang menghadap wajan di tahun 80-an. Aromanya masih sama. Mie Jawa khas Pak Atim.

Di masa pandemi wabah ini, sengaja saya tidak makan di tempat. Disamping lokasi yang menurut saya kurang nyaman, juga turut solidaritas dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Agar heigenis juga (ini sih anjuran dokter), istri juga bawa mangkuk dari rumah. Sampai di rumah, saya betul-betul menikmati masakan mie Jawa khas Jombang sampai pilinan mie terakhir. Rasanya masih seperti dulu, namun ada sedikit yang berubah, tapi overall masih tetap seperti dulu. Bagaimana ya... saya itu paling sulit jika diminta untuk mentashwir (menggambarkan) lezatnya sebuah makanan. Menurut Pak Gun, hampir semua tokoh Jombang jaman dulu pernah menikmati mie ini. (ma)

Kamis, 02 Agustus 2018

Menggerakkan Ranting dan Anak Ranting NU

Kita ketahui bersama bahwa, Ranting dan Anak Ranting adalah struktur paling bawah organisasi (jamiyah) Nahdlatul Ulama. Sebagai struktur paling bawah, tentu Ranting dan Ranting merupakan khusus (khos). Sedangkan semua struktur di atasnya merupakan struktur yang lebih umum (ammah).

Lebih khusus, karena yang dikelola atau diurusi sangat khusus. Dari sisi wilayah sangat tertentu (khusus), dari sisi orang-orangnya juga tertentu dan, jelas orang-orangnya per-kepala. Persoalan atau kepentingannya-pun tidak berisfat umum, tetapi juga tertentu (khos) bagi orang-orang tersebut.

Terkait dengan hal ini, ada Qaidah Fiqh yang mengatakan:

الولاية الخاصة اقوى من الولاية العامة

Kekuasaaan dalam wilayah tertentu (khos) lebih kuat daripada kekuasaan dalam wilayah yang lebih luas (umum).

Struktur Ranting dan Anak Ranting sebagai bagian dari struktur organisasi yang paling bawah, merupakan struktur yang lebih khusus daripada struktur di atasnya (MWCNU, PCNU, PWNU dan PBNU. Karena itu, posisi Ranting dan Anak Ranting lebih kuat daripada struktur yang ada di atasnya.

Bangunan struktur Ranting dan Anak Ranting ini menjadi penopang utama dari organisasi Nahdlatul Ulama. Jika topangan utama ini runtuh, maka organisasi Nahdlatul Ulama bisa goyah. Layaknya tubuh, Ranting dan Anak Ranting merupakan jantung organisasi. Sementara yang memberikan nutrisi kepada jantung ini adalah lembaga pengkaderan utama Nahdlatul Ulama, yaitu Pondok Pesantren.

Agar organisasi Nahdlatul Ulama bisa terus bergerak secara riil dan kongkrit, tidak hanya politis, maka jantung organisasi harus digerakkan. Pertanyaannya, bagaimana menggerakkan Ranting dan Anak Ranting.

Berbeda dengan upaya menggerakkan struktur MWC atau PC, dengan membuat program strategis dalam jangka waktu 5 tahunan, kemudian diturunkan menjadi kegiatan-kegiatan sebagai upaya untuk menggerakkan struktur yang ada di bawahnya. Menggerakkan Ranting dan Anak Ranting dilakukan secara intensif untuk menjawab kebutuhan (to fulfill the need) atau menyelesaikan masalah (to solve the problem) dengan pendekatan komunitas.

Dalam prakteknya bisa dilakukan dengan melakukan identifikasi masalah melalui pertemuan anggota Ranting atau Anak Ranting. Di sinilah letak lebih khususnya struktur Ranting atau Anak Ranting. Yang dihadapi langsung anggota (per-orang). Berbeda dengan MWC ke atas. Pertemuan tersebut mengidentidikasi semua kebutuhan atau masalah yang dihadapi bersama. Dari berbagai kebutuhan atau masalah yang ada, dipilih yang paling mungkin untuk dijawab atau diselesaikan segera secara bersama.

Kemudian, masalah apa saja? Semua masalah. Disinilah irisan (bertemunya) berbagai masalah yang selama ini berusaha diselesaikan Lembaga-lembaga di PC atau MWC. Di tengah-tengah warga, masalah tidak dibeda-bedakan. Mungkin selema ini, hanya di Lembaga-lembaga, baik MWC, PC, PW atau PB masalah disesuikan dengan bidang kerja Lembaga masing-masing. Baik masalah sosial, pendidikan, agama, kesehatan, ekonomi atau hukum.

Warga NU tidak melihat dan tidak peduli apakah masalahnya akan dibantu diselesaikan oleh Lembaga Perkonomian, Lembaga Pendidikan, Lembaga Kajian dan SDM, Lembaga Hukum atau Lembaga Zakat. Yang penting adalah masalah terseleaaikan atau kebutuhan terpenuhi.

Setelah kebutuhan atau masalah yang akan dipenuhi atau diselesaikan sudah disepakati, selanjutnya membuat rencana bagaimana upaya memenuhi dan menyelesaikan akan dilakukan. Dalam perencanaan ini disepakatilagi secara bersama: apa kegiatan yang akan dilakukan, siapa yang akan memimpin (koordinator), kapan dan dimana akan dilakukan, bagaimana kegiatan dilakukan, siapa saja yang dilibatkan dan berapa biaya yang dibutuhkan.

Pertanyaan lanjutan, darimana sumberdaya (orang, tempat, dana dan lain-lain) yang dibutuhkan dipenuhi? Tentu, karena ini kebutuhan warga dan masalah warga, maka semua sumberdaya yang dibutuhkan dari warga. Semua harus memberikan kontribusi, baik tenaga, fasilitas atau dana.

Saat sudah dilaksanakan, jika berjalan secara reguler dalam jangka waktu tertentu, maka dibutuhkan kegiatan monitoring. Kegiatan monitoring ini untuk memastikan kegiatan dijalankan sesuai dengan rencana, baik waktu, tempat, orang, proses dan biaya.

Di akhir kegiatan, perlu dilakukan evaluasi, dengan melihat apakah kegiatan sudah bisa mencapai tujuan dalam perencanaan dan, apa dampak yang terjadi dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

Agar upaya menggerakkan Ranting atau Anak Ranting ini bisa berjalan dengan baik, maka program atau kegiatan MWC sebagai struktur yang berfungsi koordinatif ke Ranting atau Anak Ranting, harus diupayakan mengarah pada melayani (mendampingi) Ranting atau Anak Ranting. Sementara organisasi yang ada di atasnya lagi (PC) menyusun program/kegiatan pada upaya memperkuat MWC agar memiliki kekuatan dalam melayani Ranting atau Anak Ranting. (Muslimin Abdilla)

Sabtu, 23 Juni 2018

Keramatnya NU

Jamiyah Nahdlatul Ulama itu memiliki keramat. Demikian disampaikan KH Abd Nashir Fattah Tambakberas, cucu KH Bisri Syansuri Denanyar. Pernyataan tersebut dinukil dari guru Kiyai Nashir, yaitu KH Maimun Zubair Sarang.

Bukti NU memiliki keramat dapat dilihat dari perjalanannya. Banyak pengurus NU yang terlihat memiliki keramat, tetapi dalam kenyataannya, bukan orang-perorang pengurus NU tersebut yang memiliki keramat. Karena ada beberapa pengurus NU yang memiliki keramat yang cukup besar saat menjadi pengurus. Namun setelah tidak lagi menjadi pengurus keramatnya ikut meredup. Kiyai Nashir tidak menyebutkan siapa-siapa saja orang tersebut. Inilah bukti bahwa, keramat itu dimiliki NU sebagai jamiyah.

Sementara, dalam kesempatan yang berbeda, Agus M. Zaki Tebuireng, cucu Hadratus Syech KH Hasyim Asyari, saat ditanya, apa keramatnya Hadratus Syech? Dia menjawab bahwa, keramatnya Hadratus Syech salah satunya yang paling besar adalah Nahdlatul Ulama. Tentu, menurutnya juga sebagai keramatnya para pendiri Nahdlatul Ulama yang lain.

Menurut syaikh Zainuddin Abdurrauf al Munawi, dalam kitabnya, al Kawakib al Durriyah, karomah adalah peristiwa luar biasa yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada para wali-Nya. Berkaitan dengan hal ini, ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa, karomah itu ada. Karomah inilah yang dalam tutur Jawa atau Indonesia dikatakan sebagai keramat. Kenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa).

Menurut Syech al Munawi, dalam kitab yang sama, salah satu keramat yang diberikan kepada para wali salah satunya adalah Allah menghancurkan orang yang menghendaki keburukan pada mereka.

Yang dicontohkan dalam kitab tersebut adalah ada seorang wali yang berdesakan dengan seseorang, lalu dia menampar wajah sang wali. Tiba-tiba tangannya terlepas bersama dengan pukulan itu. Padahal tidak ada niatan dari sang wali untuk membalas. Sang wali hanya menyatakan, aku tidak menghendakinya, tapi Allah SWT yang memiliki anggota tubuh itu yang cemburu.

Jika disambungkan dengan konteks saat ini, dan sejak Nahdlatul Ulama didirikan, dimana banyak orang atau golongan yang menghendaki keburukan kepada Nahdlatul Ulama, pada akhirnya, orang atau golongan itu sendiri yang mengalami kehancuran. Ada beberapa peristiwa dalam sejarah Indonesia, orang atau golongan yang berusaha menghancurkan Nahdlatul Ulama, pada akhirnya mereka sendiri yang hancur. Yang dicontohkan Syaikh al Munawi adalah satu orang wali, padahal di Nahdlatul Ulama ada banyak sekali wali Allah yang membentengi.
Wallahu a’lam bisshowab. (ma)

Senin, 11 Juni 2018

Dakwah Sosial Bil Ahwal

Mengajak untuk berbuat baik. Mengajak untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Mengajak untuk menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ini salah satu definisi dakwah yang dibuat oleh salah seorang ulama salaf.
Selanjutnya bagaimana melakukan dakwah, selain hanya sekedar memberikan ceramah (bil aqwal), untuk mengubah kondisi buruk pelanggaran perintah Allah SWT dan menyelenggarakan larangan-larangan yang ditetapkan-Nya. Serta bagaimana perubahan terjadi, dari melanggar perintah Allah SWT dan melakukan larangan-Nya, yang muncul dari kesadaran penuh. Tidak muncul karena proses indoktrinasi.
Sementara ini, dakwah selalu melekat dengan pekerjaan berceramah ke sana ke mari. Kegiatan bagaimana agar masyarakat bisa memiliki kesadaran tidak membuang sampah di sungai, banyak yang menganggap sebagai bukan kegiatan berdakwah. Juga, kegiatan bagaimana agar kelompok masyarakat miskin memiliki akses ke lembaga-lembaga keuangan, belum dianggap sebagai kegiatan dakwah. Termasuk upaya membangun kesadaran bahwa, jika masyarakat miskin bisa kompak, maka mereka bisa menyelesaikan problem kemiskinannya, juga belum dianggap sebagai jalan dakwah.
Jika dihubungkan dengan makna dakwah di atas, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari perintah Allah SWT yang harus dilaksanakan dan larangan-Nya yang harus dijauhi. Karena perintah dan larangan tersebut, tidak terbatas pada ibadah individual, apalagi yang ritual, tetapi juga ibadah sosial yang manfaatnya dirasakan secara meluas (mutaaddy).
Upaya menjalankan dakwah dalam lingkup ibadah sosial harus menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat. Karena dakwah cara ini sentuhannya dengan masyarakat (orang banyak). Pendekatan ini mutlak dilakukan agar orang banyak bisa berjalan secara bersama dalam melakukan ibadah. Tidak sendiri-sendiri (individual)
Pendekatan pengorganisasian masyarakat ini membutuhkan instrumen agar bisa berjalan dengan baik. Instrumen yang paling pokok adalah analisa kondisi masyarakat. Setiap orang yang akan melaksanakan dakwah sosial bil ahwal harus tahu kondisi masyarakat, yang jika dikategorikan berada dalam tiga dimensi. Yaitu dimensi sosial-budaya, ekononomi dan politik.
Dalam dakwah cara ini, keterlibatan (participation) masyarakat, yang menjadi medan dakwah, sangat dibutuhkan. Karena da’i tidak akan tahu secara riil kondisi masyarakat tanpa keterlibatan masyarakat semenjak dari awal si da’i memulai dakwahnya. Keterlibatan masyarakat, karena itu merupakan pra-syarat.
Agar keterlibatan masyarakat bisa muncul dengan baik sejak dari awal, maka positioning seorang da’i sangat diperlukan. Untuk membangun positioning yang baik, pertama-tama seorang da’i harus meminimalisir prasangka-prasangka (bias). Karena jika masih ada prasangka-prasangka ini, seorang da’i akan kesulitan mengetahui kondisi sesungguhnya masyarakat, terutama dalam tiga dimensi di atas.
Yang kami lihat selama ini, kegiatan-kegiatan yang dimaknai sebagai kegiatan dakwah oleh lembaga-lembaga dakwah, termasuk lembaga dakwah di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama, adalah kegiatan dakwah bil aqwal (ceramah dll). Kalaupun ada kegiatan dakwah bil ahwal, adalah seputar pada kegiatan keagamaan.
Semestinya, banyak kegiatan dakwah dalam bidang yang lain. Misalnya dalam bidang ekonomi dengan mendirikan lembaga ekonomi secara bersama-sama, baik lembaga pengadaan barang dan jasa atau lembaga keuangan, agar masyarakat, terutama yang selama sulit dalam mengakses sumberdaya ekonomi. Juga dalam bidang politik, misalnya bagaimana masyarakat bisa mengakses sumberdaya politik. Bagaimana masyarakat bisa terlibat dalam pengambilan keputusan publik, baik di tingkat desa atau di tingkat yang lebih tinggi.
Semua-nya yang tersebut membutuhkan pra-syarat organisasi. Karena itu pembangunan organisasi merupakan medan dakwah tersendiri. Karena tanpa organisasi yang baik, yang merupakan perantara (wasilah), maka upaya pencapaian perbaikan dalam dimensi-dimensi di atas tidak akan atau sulit untuk dicapai.
Untuk mewujudkan da’i dalam mesan dakwah ini, selanjutnya, dibutuhkan pendidikan khusus, dan pendidikan yang paling baik dilakukan adalah setelah para da’i melakukan kegiatan-kegiatan di masyarakat, sehingga berangkat dari pengalaman tersebut, para da’i bisa belajar. (ma)

Rabu, 23 Mei 2018

Bersepeda Malam Posoan, Untuk Apa Sih?

Sudah sekian posoan (baca: bulan puasa Ramadhan) Jombang Bersepeda (Jombers) menginisiasi dan mengorganisir kegiatan bersepeda di malam hari (night riding).

Pada posoan kali ini (1439 H), Jombers kembali mengorganisir kegiatan night riding. Sesuai dengan kesepakatan dalam rapat Jombers menjelang posoan tahun ini, Jombers akan menggelar night riding (19/05 dan 02/06). Tidak hanya night riding, tetapi juga ada kegiatan bagi takjil (Sabtu, 27/05) bagi beberapa orang yang ditentukan.

Night riding pertama poson tahun ini, telah dilaksanakan pada Sabtu (19/05/2018). Destinasi yang dituju alon-alon Mojoagung, dan titik kumpul start di bundaran Ringin Contong.

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 50-an pesepeda, dan berasal dari semua genre sepeda: MTB fullsus, MTB Federal, MTB hardtail, roadbike dan fixie tersebut, diberangkatkan tepat pukul 20.30 WIB, didahului penjelasan sedikit tentang tujuan dari pelaksanaan nightriding kepada semua peserta, dan doa bersama.

Semua peserta yang sebagian besar melengkapi sepedanya dengan perlengkapan bersepeda malam, yaitu lampu depan dan lampu sign belakang, serta perlengkapan keselamatan lainnya (rompi reflektor, senter sign dan lain-lain) bisa mengikuti dengan senang gembira dan hore...

Rute pergi dilalui melewati jalan besar dari Jombang (Ringin Contong) menuju Peterongan. Belok kiri menuju Sumobito, menyusuri jalan kabupaten yang segaris dengan rel kereta api dan kegelapan area persawahan yang sebagian titik sudah berdiri perumahan, yang mengganggu kesahduan bersepeda malam di tengah areal pertanian. Sesampai di Sumobito, rute belok kanan menuju alon-alon Mojoagung.

Semua peserta terlihat enjoy menikmati malam di alon-alon Rosobo (nama old untuk Mojoagung). Ngopi, ngeteh, nyusu (eh!), ngudud menyelingi obrolan, gojlokan, obrolan ringan dan serius dan renungan di area kongkow alon-alon sebelah selatan.

Saat komando pulang diumumkan, jam sudah menunjuk ke angka 23.00 WIB. Rute pulang dilewati menyusuri jalan Nasional Mojoagung-Jombang Kota. Semua orang tahu, jalan Nasional di Sabtu Malam Minggu, pasti dipenuhi kendaraan motor. Mulai yang roda dua, hingga yang beroda dua belas, bersumbu dua. Bersepeda di jalanan seperti ini, terbayang persinggungan antara T-Rex (bukan lagi buaya) dengan cicak. Kita sebagai cicak, seperti berjalan di antara kaki-kaki kekar T-Rex, dan siap dimangsa jika sedikit lengah. Harus selalu waspada.

Setelah melewati jarak tempuh 35 Km pergi-pulang, akhirnya night riding hari itu bisa dilalui dengan selamat, damai dan hore...

Sesuai yang disampaikan sesaat sebelum start bahwa, night riding kali ini, sebagaimana kegiatan-kegiatan bersepeda sebelumnya, adalah untuk melakukan kampanye bersepeda kepada semua orang. Bahwa bersepeda itu (1) sehat: melatih otot tubuh yang bisa meningkatkan imun tubuh, bikin awet muda, mengurangi stress, menambah rasa gembira dan, katanya meningkatkan libido (ehm...); (2) hemat: mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan secara finansial tidak boros; (3) bersih dan ramah lingkungan. Mengurangi plousi udara dan polusi suara.

Selanjutnya, karena itu, bertujuan semua orang bisa menggunakan sepeda sebagai alat pergerakan. Selanjutnya lagi, jika lebih banyak orang yang bersepeda --sebenarnya, sebelum lebih banyak pun--, pembuat kebijakan dan aparat penegak kebijakan tentang jalan menyediakan sarana jalan bagi pesepeda, dan memberikan jaminan keamanan dan keselamatan di jalan, sesuai UU Lalu lintas yang sudah disahkan.