Kamis, 21 Februari 2008

BUKU: KARTINI SAJA

Setelah hampir sebelas tahun yang lalu....
Dua malam ini aku habiskan waktu untuk menelisik kembali buku-nya "grand master" Pramoedya Ananta Toer: Panggil Aku Kartini Saja. Sekali lagi ku-ulangi meniti lembar demi lembar sebuah edisi terbaru buku itu. Isinya, tidak berbeda memang dengan edisi photo copi-an yang ku lahap sepuluh tahun yang lalu. Namun, makna-nya berbeda ketika kubaca sekarang.

Cara membaca (analisis) yang digunakan "grand master" sungguh luar biasa, benar-benar luar biasa. Berbeda dengan ketika saya dulu melahapnya. Saat ini, setelah saya sendiri telah menjalankan "kerja" (seperti yang Kartini sering katakan dalam buku tersebut) untuk membangun rakyat. Dulu saya membaca ketika belum melakukan "kerja".

Dulu, sebelas tahun yang lalu, buku tersebut berfungsi membakar semangat muda yang menggelora meski menempul dalam tubuh yang kurus-kering, untuk melakukan sesuatu dalam membangkitkan semangat rakyat untuk bangkit. Sekarang, buku itu mempertajam analisis dalam melakukan "kerja".

Sungguh tajam analisis "grand master". Sampai sedetail-detailnya feodalisme dia ungkapkan. Feodalisme yang menghancurkan persatuan, solidaritas antar orang. Karena dalam feodalisme ada pelapisan, ada tingkatan: ndoro dan babu, perintah dan diperintah. Padahal manusia harus sama. Feodalisme yang mudah ditumpangi imperialisme. Karena dalam feodalisme mengajarkan untuk tunduk dan akhirnya ketundukan itu jadi sistemik.

Feodalisme itu, masih berlaku hingga saat ini, meski hanya tipis menempel pada pikiran kita, apalagi aku pernah hidup di pesantren...Namun diluar pesantren juga masih nampak...

Cara baca yang lain bisa kita lihat: saya sangat curiga, sebagaimana Pram juga curiga bahwa, Kartini ini di buat oleh "penjajah". Kartini tidak akan pernah sebesar sekarang jika surat-surat-nya tidak diterbitkan, dalam judul Door Duiternis Tot Licht, sehingga isi surat itu banyak di kenal orang. Ketika itu, pemerintah Kerajaan Belanda banyak dicibir orang terutama oleh colonialist lainnya: Inggris dan pemerintahan "imigran" Amerika Utara, dengan mengatakan Belanda itu hanya menjajah tidak pernah mendidik sebagaimana yang Inggris lakukan kepada Pandita Ramabai. KArena itu Belanda "membuat" Kartini. Kalau dari penglihatan ini. Sesungguhnya Kartini itu korban.

0 komentar: