Jumat, 25 Januari 2013

Tradisi Kenduri Buah Dalam Peringatan Maulid Nabi

Tepat setelah sholat Isya’ ditunaikan, seluruh jamaah keluar dari ruang utama dalam masjid berbaris membentuk persegi panjang di jerambah (teras) masjid yang cukup luas, terasa lebih luas terasnya daripada ruang dalam masjid. Di tengah-tengah barisan tersebut tersuguh berbagai macam buah-buahan yang ditata memanjang berjajar empat, sepanjang sekitar 15 meter lebih.

Sementara jamaah putri berkumpul dan membentuk lingkaran tersendiri di tempat yang dikhususkan untuk mereka. Sebagaimana yang terjadi di jamaah laki-laki, di tengah-tengah lingkaran mereka juga tersuguh buah-buahan.

Setelah semua dirasa sudah siap semua, seorang tokoh masyarakat yang sekaligus sebagai imam di masjid tersebut membuka acara. Dia melanjutkan pembiacaraannya dengan mengutip beberapa hadist Nabi SAW yang menceritakan tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dinukil dari kitab Habib Muhammad bin Alwi al Maliki al Makki.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan Mulidud Diba’. Kitab yang bersisi tentang doa solawat dan salam serta cerita tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan keagungan. Lentingan pembawa syiir begitu membius seluruh jamaah, sehingga menimbulkan kekhusyukan yang mendalam.

Acara di tutup dengan do’a dan pembagian suguhan (berkat) kepada seluruh orang-orang yang hadir. Karena sebelumnya suguhan buah-buahan sudah dikumpulkan dan dibagi secara merata maka tidak ada saling rebutan, karena masing-masing sudah ditempatkan di wadah yang isinya hampir sama.

Cerita di atas adalah kejadian yang ada dalam kenduri memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di masjid Nailul Falah desa Suwayuwo kecamatan Sukorejo Pasuruan, pada malam peringatan Mualid Nabi Muhammad pada Rabu (23/01/2013) yang bertepatan dengan malam 12 Rabiul Awal 1434 hijriyah.

 Namun berbeda dengan di daerah-daerah lain di Indonesia yang menyuguhkan makanan berupa nasi dan lauk-pauk, di wilayah ini, termasuk di hampir seluruh wilayah Pasuruan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati dengan suguhan (berkat) yang berupa buah-buahan.

Sebagaimana jamak di ketahui dalam peringatan-peringatan hari besar Islam, kaum muslim khususnya yang memiliki latar belakang Nahdliyin, selalu memperingati dengan membawa atau menyediakan suguhan berupa nasi lauk terbaik.

Menurut Husen, salah satu warga Suwayuwo yang menjadi pengurus takmir Masjid Nailul Falah, suguhan berupa buah-buahan saat kenduri peringatan Mualid Nabi Muhammad SAW sudah terjadi sejak dia masih kecil. “Saya tidak tahu bagaimana mula-mulanya, tetapi yang jelas sudah sejak dahulu, sejak jamannya kakek saya sudah dilakukan seperti ini”, katanya.

Memang perlu ada riset tersendiri untuk mengetahui kenapa masyarakat di wilayah Jawa Timur sub-kultur Arek ini memperingat perayaan Maulid Nabi dengan suguhan buah-buahan. Namun menurut salah seorang warga Suwayuwo, hal tersebut untuk mensukuri atas hasil bumi yang biasanya akan berbuah saat bulan Muludan (Maulid/Raibul Awal).

Namun dari buah yang disuguhkan dalam peringatan Maulid Nabi malam tersebut, buahan-buahan sudah bukan lagi hasil kebun mereka, karena desa yang berbatasan dengan salah satu pabrik rokok besar tersebut sudah jarang ditemui kebun buah yang luas. Justru dalam suguhan banyak terlihat buah-buahan impor, mulai dari jeruk, belimbing, kelengkeng dan anggur. (mus)

0 komentar: