Sabtu, 03 Februari 2018

Sejauh Kita Mancal Pedal

Setiap hari kah kita mancal pedal (gowes)? Atau sehari dua kali? Atau dua hari sekali? Atau tiga hari sekali? Atau seminggu dua kali? Atau seminggu sekali? Atau sebulan sekali?

Sudah berapa ratus kilometer roda sepeda kita berputar memoles jalanan. Aspal, atau tanah berdebu, atau bebatuan licin sisa diterpa hujan semalam, atau bahkan jalanan setapak lumpur lengket khas kawasan karst.

Semua sisa jalanan yang tertumbuk ban sepeda merk Polygon, United, Wimcycle, Specialize, Look, Giant, Orbea, Pacific, Phoenix, bahkan sepeda tua dari besi Federal, Philips, dan banyak lagi merk, akan menyisakan cap bunga ban, atau minimal meninggalkan bau sisa-sisa goresan karet dan tanah. Pasti, semua putaran akan tercatat dalam takdir dan qodlo' (ketentuan)-Nya.

Sejauhmana kita mancal pedal, sejauh itulah jati diri kita cari. Setiap hentakan kaki yang menumpu pedal, merupakan satu ketukan untuk bertanya siapa sesungguhnya kita. Benarkah posisi (maqom) yang kita tempati saat ini sudah sesuai dengan yang semestinya kita tempati. Karena kalau belum, maka keresahan hati akan terus mencari, dengan tuntunan pikiran yang disalurkan ke sekujur badan. Karena itu, kekuatan dhahir (badan) dalam menyalurkan energi ke tumpuan pedal tergantung dari kekuatan hati dan pikiran. Yakin po ra?

Sejauh kita mancal pedal, pasti kita akan kembali. Saat pencarian sudah tuntas, dan ini dalam proses terus menerus, maka pedal akan kita pancal menuju jati diri kita. Itulah kita sesungguhnya. Kita ini bukan siapa-siapa. Kita ini hanya seorang hamba bagi Maha Kekuatan. Sekuat apapun kita, tidak ada apa-apanya. Hanya secuil dari kekuatan-Nya.

Bahwa, kita ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hal ini terasa, terutama saat mancal di tanjakan ekstrim, dimana tenaga dan nafas kita mulai menipis...😂😂😂


0 komentar: