Senin, 02 November 2009

Damai Dalam Lailatul Qodar

“Kedamaian dalam Lailatul Qodar hingga terbitnya fajar” ( al Qodar : 5)

Hari-hari ini, kita berada di sepuluh akhir bulan penuh barokah, bulan Ramadhan. Di sepuluh hari terakhir ini, terdapat hari-hari ganjil, dimana lailatul qodar akan terjadi. Hal ini sebagaimana pernah di katakan oleh Rasullah SAW dalam hadist yang diceritakan oleh istri beliau Aisyah RA bahwa, lailatul qodar terjadi di hari bilangan ganjil sepuluh akhir bulan Ramadhan. Meskipun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa, di satu waktu, lailatul qodar tidak hanya terjadi di akhir sepuluh Ramadhan, tetapi bisa terjadi diseluruh hari bulan Ramadhan, bahkan ada juga pendapat yang mengatakan bahwa lailatul qodar bisa terjadi sepanjang tahun.

Terlepas dari berbagai pendapat tersebut, marilah kita melihat makna lailatul qodar secara lebih manusiawi, dan selanjutnya kita mencoba membumikan lailatul qodar, agar secara riil bisa menjadi berkah bagi kehidupan di alam dunia. Dalam surat al Qodar ayat 5 yang dinukil diatas, kata salaamun diartikan lebih tajam menjadi “kedamaian”, tidak seperti terjemahan umum yang selama ini menggunakan kata “kesejahteraan”. Kata damai untuk konteks sekarang akan lebih mengena, dimana ikatan sosial semakin longgar, karena desakan kapital yang mendorong pada sikap individualis, sehingga manusia rentan untuk menjahui perdamaian.

Damai bukan berarti tanpa konflik. Karena konflik tidak bisa dihindari, dan setiap hari kita selalu terlibat dalam konflik. Tanpa ada konflik, manusia tidak akan berkembang dan maju seperti sekarang ini. Penemuan-penemuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi baru merupakan buah dari terjadinya konflik. Konflik kepentingan antar kita manusia terjadi dan akan terus terjadi karena kita selalu berbenturan dalam memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan kita akan selalu berbenturan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang lain. Hal ini terus terjadi sepanjang kehidupan. Konflik bukanlah hal yang harus dihindari selama konflik itu tidak menjadi konflik kekerasan: konflik yang bisa mencelakai secara fisik maupun psikis.

Selama ini lailatul qodar dipersepsikan sebagai suatu peristiwa yang sulit dicapai dan hanya manusia pilihanNya yang bisa mengalami lailatul qodar, dan seakan-akan mengalami lailatul qodar seperti kita mendapatkan arisan yang terjadinya diluar kemampuan kita. Peristiwa lailatul qodar selalu dimaknai sangat melangit, mistis dan sulit dicapai oleh manusia. Padahal jika kita melihat ayat diatas, lailatul qodar itu erat kaitannya dengan perdamaian. Secara etimologis, makna lailah sendiri berarti damai, hening, sunyi, gelap. Perdamaian itu, bisa kita ciptakan dan kita usahakan.

Jika lailatul qodar erat kaitannya dengan kedamian, maka tentu orang-orang yang terjaga pada saat lailatul qodar adalah orang-orang yang selalu mengkampanyekan perdamaian. Karena mereka pernah mengalami suatu peristiwa dimana kedamian itu adalah sebuah kenikmatan yang tiada tara. Karena itu pula dia juga pernah merasakan berdekatan, bahkan sangat dekat dengan Dzat yang Maha Damai (Assalaam). Dzat yang memiliki segala kedamian diatas kedamaian-kedamaian yang lain.

Orang-orang yang mengalami lailatul qodar ini adalah orang-orang yang berjuang dalam kehidupan dunia (dunia adalah tempat perjuangan) dengan selalu membawa pesan damai. Pesan anti kekerasan. Pesan yang selalu menghormati harkat dan martabat manusia. Pesan yang selalu berupaya menjalankan akhlaq Allah SWT. Orang-orang ini tanpa mengenal lelah terus akan selalu menganjur perdamaian, karena sekali lagi, mereka pernah mengalami peristiwa bahwa, kedamaian itu adalah sebuah kenikmatan dan keindahan yang luar biasa. Semua manusia harus merasakannya, tanpa memandang apakah dia adalah orang miskin yang selalu terpinggirkan atau dia seorang presiden atau pemodal besar yang selalu mendapatkan kesempatan pertama.

Dari semua itu, kita bisa mengatakan bahwa, lailatul qodar bisa diraih oleh siapapun. Siapapun yang suka dengan lailah dan siapapun yang suka dengan salaam. Karena itu jangan berharap orang yang suka dan selalu menganjurkan kekerasan, suka mengobarkan peperangan, suka melakukan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia, suka mengadu domba atau suka mencuri uang rakyat dengan korupsi (karena mencuri uang rakyat berarti melakukan kekerasan secara ekonomi dan politik kepada rakyat), bisa mendapatkan lailatul qodar. Malam yang ditentukan oleh Allah SWT. Malam dimana al Qur’an diturunnkan pertama kali ke Lauh al Mahfudz. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Malam dimana seluruh malaikat dan Jibril atas ijin Tuhan turun ke dunia untuk sebuah urusan tentang manusia. Dimana kedamaian menjadi inti darinya.

0 komentar: